"'Tidak,’ jawab Zarathustra, ‘Aku tidak memberi sedekah. Aku belum terlalu miskin untuk itu."
Nietzsche hadir dalam buku ini sebagai bentrokan dan pergumulan. Ia dalam tulisan-tulisannya melakukan pemaduan dari dualisme dan kontradiksi. Dionysus dan Apollo adalah tokoh besarnya dalam pergumulan ini. Kedua itu sama sekali berbeda, namun Nietzsche menghadirkannya dalam sebuah pemanggungan drama yang apik, bersinkronisasi.
Buku ini bercerita biografi Nietzsche yang kemudian menjadi tafsir kehidupan dan karya-karyanya. Dalam penafsiran ini dimunculkan pergumulan dualisme-dualisme lain, yang sekaligus ia menghadirkan pertentangannya. Ia yang menjadi Zarathustra dan Ia yang berbincang kepada Zarathustra, ditulisnya The Birth of Tragedy.
Kekagumannya pada bangsa Yunani kuno, peradaban besar yang ia bandingkan dengan Eropa modern, dengan Jerman yang “menjijikkan” katanya. Hingga dalamsemua pertentangan-penghujatan, kebebasannya dalam berbicara, ia menerjemahkan “manusia terakhir.” Makhluk sempurna yang mengatasi kemanusiaan.
“Dan Dalam menginginkannya untuk memenuhi cangkir, engkau sering mengosongkannya kembali.” (Nietzsche)
Itu merupakan sabda Zarathustra dalam buku karya Nietzsche yang penuh kedahagaan.
Mari, nikmati sepenggal biografi filsuf Nietzsche yang kemudian menjelma menjadi tafsir kehidupan dan karya-karyanya.
ㅤㅤ
Penulis: Emhaf
Penerbit: Anak Hebat, 2024
Kategori: Memoar
ISBN: 978-623-164-955-3
SKU: BRD3692
Bahasa: Indonesia
Dimensi: 14 x 20 cm l Softcover
Tebal: 324 hlm l Bookpaper
Harga: 68.500