Lahir dari keluarga kaya di Batavia, MH Thamrin berikhtiar memperbaiki kehidupan warga miskin lewat Dewan Kota dan kemudian Dewan Rakyat—lembaga yang kerap dianggap sebagai boneka pemerintah kolonial. Di sanalah dia bersuara lantang memperjuangkan nasib kaum bumiputra. Saat Sukarno, salah satu tokoh gerakan nonkooperatif, ditangkap karena aktivitas politiknya, Thamrin—yang dijadikan simbol kaum kooperatif—justru menjaga nyala api pergerakan dengan memperjuangkan pembebasan si Bung lewat Dewan Rakyat, meskipun gagal. Sebagai tokoh pergerakan, Thamrin bukan hanya milik orang Betawi. Dia anggota Fraksi Nasional yang menjadi oposan bagi pemerintah Hindia Belanda dan secara lantang menyuarakan kemerdekaan Indonesia “sekarang juga”.
Namun, sejarah tak selalu adil. Dekatnya hubungan dengan Sukarno membuat nama Thamrin memudar pada era Orde Baru lantaran terkena efek desukarnoisasi. Dia dikenang sekilas, sering kali hanya di momen peringatan ulang tahun Jakarta. Padahal, Thamrin menanamkan standar yang kini langka: politik sebagai jalan perjuangan, bukan semata-mata mencari keuntungan dan kekuasaan.
Penulis: Tempo
Penerbit: KPG, 2025
Kategori: Memoar
ISBN: 9786231344038
SKU: BRD24042
Bahasa: Indonesia
Dimensi: 15 x 23 cm l Softcover
Tebal: 132 hlm | Bookpaper
Harga: 80.000